
Purwokerto — Aksi mimbar bebas bertajuk “Indonesia (C)emas: Rezim
Fasis Rakyat Menangis” digelar di Alun-Alun Purwokerto pada Jumat
(17/10/2025). Aksi yang dimulai sejak pukul 16.00 WIB ini diikuti sekitar 70
mahasiswa dari beberapa kampus di Purwokerto.
Aksi digelar sebagai bentuk kritik terhadap satu
tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran
Rakabuming Raka. Meski hujan deras mengguyur kawasan alun-alun, massa tetap
bertahan dan terus menyampaikan orasi secara bergantian.
Koordinator lapangan aksi, R. Pratama,
menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari gelombang aksi mahasiswa
di berbagai daerah. Menurutnya, aksi serupa juga akan dilanjutkan hingga
tingkat nasional.
“Aksi ini merupakan aksi dari gelombang daerah
terlebih dahulu. Dari tiap-tiap daerah akan bereskalasi ke tingkat aksi
nasional pada tanggal 20 nanti, bertepatan dengan satu tahun pemerintahan
Prabowo–Gibran,”
ujarnya.
Ia berharap agar kegiatan tersebut tidak berhenti
sebagai bentuk simbolik semata.
“Harapannya, dari setiap aksi yang dilakukan itu tidak semata-mata formalitas. Banyak aksi sebelumnya yang tidak pernah didengar tuntutannya. Kami ingin aksi ini benar-benar diperhatikan,” lanjutnya.
Selain menyoroti isu demokrasi dan hukum, massa
aksi juga mengangkat persoalan lingkungan. Salah satu peserta menyampaikan
kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai memperparah eksploitasi alam
melalui proyek tambang.
“Yang sekarang digalakkan itu tentang tambang-tambang dan pengeskploitasiannya terhadap alam yang terus berjalan. Bahkan, menteri ESDM justru memperkuat hal tersebut. Negara tidak benar-benar mencoba memperbaiki Indonesia dalam aspek lingkungannya,” ucap salah satu peserta.
Ia menilai bahwa arah
pembangunan nasional seharusnya memperhatikan keseimbangan antara aspek
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun dalam praktiknya, ketiganya tidak
berjalan seimbang.
Ia
menambahkan bahwa pembangunan seharusnya memperhatikan tiga aspek utama, yaitu
lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun dalam praktiknya, keseimbangan di antara
ketiganya tidak terwujud
Dari
pantauan di lapangan, orasi berjalan secara bergantian dengan tema yang
beragam, mulai dari isu kesejahteraan rakyat hingga problematika hukum. Salah
satu orator juga menyinggung soal tunjangan DPR yang masih menjadi perbincangan
publik dan dianggap sebagai bentuk ketimpangan di tengah kondisi ekonomi
masyarakat.
Selama aksi
berlangsung, massa terlihat membawa berbagai poster bertuliskan pesan-pesan
protes seperti “Rakyat Menangis di Bawah
Kekuasaan” dan “Hukum
Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas.” Aparat keamanan tampak berjaga di sekitar lokasi
untuk menjaga ketertiban. Meski begitu, suasana tetap kondusif. Tidak ada
gesekan antara peserta aksi dengan pihak keamanan. Massa aksi membubarkan diri
secara tertib setelah seluruh perwakilan organisasi menyampaikan orasi penutup.
Melalui aksi
ini, mahasiswa berharap agar pemerintah lebih terbuka terhadap kritik dan mau
mendengar aspirasi rakyat. Mereka menilai bahwa satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran harus
menjadi momentum untuk mengevaluasi kebijakan yang dinilai belum berpihak
kepada kepentingan masyarakat luas.
Reportaser: Hikmah Nur Aisyah, Maha
Guntur, Annisa Yasmine
Fotografer:
Latif Aldi
Penulis: Rendi
Editor: Fahmi Rahmatan Akbar, Muhamad Saepul Saputra
0 Komentar