Ticker

6/recent/ticker-posts

Diskusi Hari Perempuan Internasional Abaikan 158 Permasalahan Mahasiswi IAIN Purwokerto

Obsesiana.com, Purwokerto- Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, gabungan UKM UKK IAIN Purwokerto mengadakan diskusi terkait permasalahan yang kerap menyudutkan kaum perempuan. Materi diskusi terebut berangkat dari kerjasama UKM UKK IAIN Purwokerto yang melakukan investigasi sosial terkait bentuk-bentuk kekerasan yang pernah dialami oleh mahasiswa IAIN Purwokerto.

Diskusi dilakukan di depan Perpustakaan IAIN Purwokerto, Minggu (8/03). Pemantik diskusi yaitu Dr Farichatul Maftuchah,M.Ag, selaku Wakil Dekan Fakultas Ushuludin, Adab dan  Humaniora (FUAH) dan Dr.Vivi Ariyanti, S.H,M.Hum, selaku Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dan Dosen Syariah IAIN Purwokerto.

Sebelum diskusi dimulai, ada pembacaan hasil penelitian tentang air yang ada di toilet IAIN Purwokerto oleh Korps Sukarela PMI IAIN Purwokerto, pembacaan kajian literature terkait sejarah hari perempuan internasional, seksisme, patriarki, dan pembacaan hasil investigasi sosial yang dilakukan oleh peyelenggara diskusi. Investigasi sosial ini ditargetkan kepada mahasiswi IAIN Purwokerto dengan hasil dari keseluruhan responden tersebut ditemui adanya 158  kasus yang terjadi, dari 158 kasus  terdapat 35 kasus patriarki yang sebatas hanya memahami, terdapat 28 kasus tentang keluhan fasilitas kesehatan berupa klinik Darun Najah, terdapat 50 kasus tentang keluhan kebersihan, terutama kebersihan toilet dan kondisi air, terdapat 13 kasus pelecehan seksual (8 kasus pelecehan seksual verbal dan 5 kasus pelecehan seksual non verbal), dan terdapat 4 kasus seksisme yang hanya sekedar memahami.

Selain pembacaan hasil investigasi sosial di atas, dalam sesi Forum Group Discussion (FGD) salah satu peserta diskusi turut menyampaikan pengalaman tentang salah satu temannya yang mengalami pelecehan dalam bentuk verbal. Dimana perlakuan tersebut memberikan efek tidak nyaman dalam kehidupannya. Permasalahan ditanggapi oleh Dr.Vivi Ariyanti, S.H,M.Hum dengan memberikan saran jika terjadi hal seperti itu dapat membicarakkannya dengan dosen Pembimbing Akademik (PA) agar ditindaklanjuti. 

Akan tetapi, di sisi lain sangat disayangkan bahwa hasil investigasi sosial tersebut sama sekali tidak disinggung oleh pemantik sebagai bahan diskusi. Dalam pemaparan materinya, pemantik hanya memaparkan materi mengani sejarah Hari Perempuan Internasional secara umum dan beberapa permasalahan gender lainnya. 
“Tapi aku berpendapat prihal pemantik tidak membahas hasil IS. Menurutku IS yang kita sampaikan itu merupakan tamparan bagi bu Farichah wadek 3 FUAH dan bu Vivi Ariyanti. Secara psikologis yang aku lihat setelah temen temen membacakan IS nya mimik wajah langsung berubah dan yang beliau tahan itu jangan sampai reaksioner. Karena ketika reksioner, maka beliau akan mendapat banyak tekanan dari teman-teman yang mempertanyakan sikap dari birokrat kampus atashasil IS.dan yang terjadi di dalam kampus ini,  sehingga para pemantik pembahasnnya melebar ditambah dengan pertanyaan audiens yang tidak menyinggung terkait IS” Ujar Rizal Girantika selaku salah satu panitia penyelenggara dan mahasiswa BKI.

Pemantik Dr.Vivi Ariyanti, S.H,M.Hum dalam diskusi tersebut menyampaikan sejarah adanya Hari Perempuan Internasional yang bermula adanya kebakaran di Amerika dan buruh perempuan aksi unjuk rasa menuntut kelayakan tempat kerja 

“Hari Perempuan Internasional itu memang jatuh pada 8 Maret, itu sejarahnya dulu memang di Amerika dimana terjadi kebakaran yang menghilangkan ratusan nyama perempuan buruh. kemudian ada golongan  sosialis perempuan melakukan demo yang mengundang perhatian seluruh negara-negara di dunia. Akhirnya PBB ini menekankan tanggal 8 Maret sebagai hari perempuan.”Paparnya.

Kemudian, pemantik Farichatul Maftuchah menyampaikan ilustrasi terkait kedudukan perempuan dalam rumah tangga.

“Ketika perempuan berumah tangga dan telah mendapatkan hak dalam berkarir maka mereka memiliki tugas tambahan, sebelum bekerja diluar rumah ia juga menyelesaikan tugas rumah tangga. Hal tersebut tidak adil. Maka sejatinya memerlukan pembagian tugas. Laki-laki dan perempuan adalah entitas yang berbeda, tapi bukan berarti perlakuan pada mereka berbeda.” Paparnya.

Walaupun dalam diskusi ini belum menyinggung permasalahan yang dialami oleh mahasiswa IAIN Purwokerto, Agung Rosalina Dewi dari Jaringan Perempuan Pedesaan Nusantara (JPPN) mengaku mengapresiasi adanya diskusi tersebut. Ia pun mengulas beberapa hal terkait permasalahan gender. 
“Saya mengapresiasi diskusi ini, karena sangat bermanfaat. Kemudian perlu diketahui bahwa perempuan-perempuan jaman sekarang walaupun sudah ada arus kesetaraan gender, tetap masih ada diskriminasi gender karena tidak bisa dipungkiri masyarakat dan kebudayaan kita sebenarnya mendiskriminasi. Jadi permpuan dari lahir sudah didoktrin bahwa perempuan yang taunya hanya dapur, kasur, sumur dari jaman keraton sudah seperti itu. kemudian masuk ke kolom kolonial  dan sebagainya. Sampai sekarang masa dimana perempuan mendapat kuota 30% ini pun tidak sepenuhnya berkualitas mereka memperjuangkan hak-hak yang harus diperoleh oleh rakyat.” Ulasnya.
Kemudian, diakhir wawancara dengan reporter LPM Obsesi, Vivi Aryanti menyampaikan pesannya untuk seluruh kaum perempuan.

“Untuk perempuan, jadilah wanita yang mandiri, kemudian tetap menjadi sosok wanita yang bisa menempatkan diri apapun situasi dan kondisinya. Karena pada dasarnya wanita itu saling berdampingan dengan laki-laki, tapi wanita pun harus bias berdikari anpa laki-laki. Karena ada kondisi tertentu wanita itu tidak bias dengan laki-laki, jadi harus bias mandiri.” Pungkasnya.


Repoter : Ulil & Bagus Budi

Posting Komentar

0 Komentar