Foto : Peserta Peace Camp Regional Jakarta
Ada pengalaman dan pembelajaran
berbeda yang dialami oleh 30 orang muda dari berbagai kampus dan latar belakang
selama 3 hari 2 malam di pinggiran daerah Bogor, Jawa Barat pada 4-6 Mei 2018. Kawan-kawan
muda ini tak hanya datang dari wilayah-wilayah yang dekat dengan Parung,
seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok atau Tangerang, beberapa dari mereka pun
rela datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti dari Lampung,
Purwokerto, Jakarta, Serang, Tasikmalaya, bahkan dari Jayapura.
Meski datang dari latar belakang
dan daerah yang berbeda, satu hal yang mempersatukan mereka adalah keresahan,
pergumulan hidup, dan jibaku mereka untuk Indonesia yang lebih damai. Harapan
itulah yang kemudian memanggil dan mempersatukan mereka hingga akhirnya
kawan-kawan muda ini dengan semangat mengikuti Student Interfaith Peace Camp (SIPC) di Pendawa Center, Parung.
“Penyelenggaraan Peace Camp ini merupakan kali kedua
untuk regional Jakarta. Pesertanya terdiri dari 15 orang muda Muslim dan 15
orang muda Kristiani. Mereka telah diseleksi dari sekitar 170an pendaftar. Harapannya
melalui Student Interfaith Peace Camp
ini akan dihasilkan para agen perdamaian (peacemaker) baru yang selalu berusaha
hidup berdamai dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan
sekitar”, ungkap Yulinda R.C. Lumban Gaol, Head
of Facilitator YIPC Regional Jakarta.
Foto : Sesi doa yang dilakukan oleh peserta beragama Kristen asal Papua
dan peserta beragama Islam dari Jakarta
Mengatasi
Prasangka, Menyalakan Perdamaian
Selaras dengan tajuk kegiatan ini,
fokus pembelajaran yang dihadirkan bagi para calon agen peacemaker adalah 12 Nilai Perdamaian dari
Peace Generation yang terdiri
dari: (1) Berdamai dengan Diri, (2) Berdamai dengan Sesama, (3) Berdamai dengan
Lingkungan, (4) Berdamai dengan Allah, (5) Keberagaman Agama, (6) Keberagaman Sosial
Ekonomi, (7) Keberagaman Gender, (8) Mengklarifikasi Prasangka, (9) Memahami
Group/Gank, (10) Transformasi Konflik, (11) Menolak Kekerasan, dan (12) Saling
Memaafkan. Kedua belas Nilai Perdamaian tersebut dikemas dengan sangat dinamis,
menarik, seru dan jauh dari nuansa jemu, serta difasilitasi oleh para
fasilitator muda dan handal yang relatif sebaya dengan para peserta. Pun ada
begitu banyak ruang dialog yang terjadi.
Hal tersebut diakui oleh Juli Rosan
Tabisu, mahasiswi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura. Kesan damai yang
berpadu dengan keseruan, jenaka dan kekompakan sangat dirasakan oleh Juli
ketika acara Api Unggun. “Sangat senang dan bangga bisa ikut Peace Camp tahun ini. Saya banyak
belajar, banyak mendapat pengetahuan baru yang belum pernah saya dapat di Papua
dan juga teman-teman baru yang luar biasa seru…” ungkapnya ketika ditanya
tentang kesan selama mengikuti kegiatan ini.
Mengenal
YIPC
Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC)
berawal dari sosok Andreas Jonathan dan Ayi Yunus Rusyana yang adalah mahasiswa
Indonesian Consortium for Religious
Studies (ICRS). Menjawab berbagai harapan akan hadirnya Indonesia yang
damai dan perlunya dialog antara Islam dan Kristen, kedua sosok tersebut
berinisiatif untuk menyelenggarakan Young
Peacemaker Training di Gedung Pasca Sarjana UGM Yogyakarta pada 9-12 Juli
2012 yang diikuti oleh 25 orang mahasiswa S1 Muslim dan Kristiani dari berbagai
kampus di Yogyakarta. Mereka inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Young Peacemaker Community (YPC) Yogyakarta.
Young Peacemaker Training tersebut kemudian dilanjutkan dengan berbagai pertemuan
reguler diantara para anggota YPC Yogyakarta dalam bentuk interfaith dialogue, kajian Kitab Suci, termasuk penyelenggaraan
SIPC pada November 2012 di Pakem yang diikuti oleh sekitar 30 orang mahasiswa
dari dalam maupun luar kota Yogyakarta, seperti dari Palembang, Bandung,
Kebumen, Solo, Surabaya, dan Madura. Tema yang diusung pada Peace Camp 2012, yakni “Building Peace Generation Through Young
Peacemakers” kemudian ditetapkan menjadi motto YPC. Karena makin beragamnya
asal daerah peserta, maka setelah Peace
Camp 2012, nama YPC Yogyakarta kemudian diubah menjadi YPC Indonesia (YPCI),
dan kemudian pada disempurnakan menjadi Young
Interfaith Peacemaker Community Indonesia atau YIPC Indonesia di akhir National
Conference pada Juli 2013.
Penyelenggaraan Peace Camp pun kemudian mengalami
perkembangan pesat. Pada 2013 tercatat bahwa penyelenggaraan SIPC hanya
dilaksanakan di 3 tempat, yakni di Medan (untuk wilayah Sumatera), di Trawas
(untuk wilayah Jawa Timur), dan di Kaliurang (untuk wilayah Yogyakarta dan Jawa
Tengah) dengan rerata jumlah peserta sebanyak 30 orang mahasiswa Muslim dan
Kristiani. Lalu pada paruh kedua tahun 2013, terdapat terdapat 1 lokasi Peace Camp di Jawa Barat sehingga YIPC menyelenggarakan
4 Peace Camp, yakni di Medan, Bandung,
Yogyakarta dan Jawa Timur. Perkembangan Peace
Camp juga semakin terlihat jika merujuk pada data 2017 lalu dimana YIPC
berhasil menyelenggarakan Peace Camp di
5 wilayah, yakni Jawa Tengah, Yogyakarta, Medan, Bandung, dan Jawa Timur, dan
selanjutnya pada 2018 dapat terselenggara pula di 6 kota, yakni Bandung,
Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Medan dan Malang.
Meretas Jalan Damai melalui Generasi Muda
Harus diakui bahwa
ragam prasangka kerap memporak-porandakan harmoni keberagaman antar pemeluk
agama. Prasangka kemudian menjelma menjadi berbagai tembok dan sekat dalam
pergaulan umat manusia. Pun tak jarang prasangka menjelma dengan cepat menjadi
konflik Pengalaman pahit tersebut dapat kita amati di berbagai negara, pun di
beberapa wilayah di Bumi Pertiwi ini tak terlewat pula oleh bara kebencian itu.
Meskipun demikian
upaya memanifestasikan nilai-nilai perdamaian tak boleh kendor. Lewat
ruang-ruang dialog seperti Peace Camp, YIPC
berupaya menggemakan nilai-nilai perdamaian bagi generasi muda Indonesia agar
tergerak menjadi agen perdamaian bagi negeri ini. Generasi muda adalah harapan
bagi Indonesia yang damai hari ini dan hari mendatang. Sudah saatnya kita perlu
bertekad membangun jembatan-jembatan, memulai dialog-dialog, demi mengatasi
prasangka dalam raga kita masing-masing. Agar warna perdamaian terpelihara di
Indonesia tercinta ini.
Penulis
:
Muhammad Luthfi
(Mahasiswa Semester
8 IAIN Purwokerto, aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Obsesi IAIN Purwokerto)
Willem L. Turpijn
(Program & Media Development Yayasan
Bhumiksara, Wakil Direktur Eksekutif YOUCAT Center Indonesia)
0 Komentar