Purwokerto - Puluhan massa
aksi yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) menggelar longmarch
dari perempatan
Sri Ratu menuju Alun-Alun Purwokerto (20/10).
Aksi tersebut bertepatan dengan pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Maruf Amin untuk kepemimpinan lima tahun kedepan. Massa sengaja melakukan aksi karena bermaksud ingin mengkritisi
kebijakan-kebijakan Jokowi beberapa
tahun terakhir yang dinilai anti rakyat dan meresahkan.
Beberapa permasalahan yang terjadi diakhir-akhir kepemimpinan
Jokowi sebelumnya diantaranya,
Undang-Undang KPK yang telah disahkan dianggap melemahkan pemberantasan
Korupsi, Pelanggaran HAM dan tindakan rasisme di Papua, tindak
kekerasan yang diterima oleh rakyat saat menyuarakan pendapatnya, pemerintah
yang dinilai lamban dalam menangani kasus kebakaran hutan di Kalimantan dan
Sumatera, serta defisit dan kenaikan tarif BPJS.
Dilansir pada laman media online tirto.id pada tanggal 20 Oktober 2019 bahwa maraknya kasus pelanggaran HAM terjadi di periode
pertama kepemimpinan Jokowi. Nawacita yang penuh soal penegakan HAM, namun
malah sebaliknya. Seperti kasus 21-23 Mei, 23-30 Oktober dan Papua. Pada kasus
23-30 Oktober beberapa pemuda meninggal dunia saat ikut serta dalam aksi menentang
berbagai kebijakan yang dinilai tidak sesuai dengan nilai demokratis yang ada.
Seperti yang dikatakan oleh Aulia Ahmed selaku Humas FPR, bahwa aksi hari ini untuk mengkritisi
kebijakan Jokowi “Menyikapi pelantikan Jokowi, kita mengkritisi kebijakan
kabijakan Jokowi yang sebelum dilantik, merugikan rakyat, salah satunya soal korban asap, karhutla, belum
terselesaikan. Bahkan ada sekitar 900 ribu korban jiwa terkena ISPA. persoalan HAM di
Papua, dan kenaikan tarif BPJS, tindakan kekerasan yang diteima oleh rakyat saat
menyuarakan hak demokratisnya” ujarnya.
Aulia Ahmed menambahkan beberapa kebijakan lainnya yang dipandang
menambah penderitaan rakat, kecewa atau merasa tidak percaya lagi terkait pemberantasan
korupsi, kebijakan Jokowi terkiat revisi UU KPK yang hari ini sudah sah. Termasuk juga kebijakan-kebijakan yang masuk ke rancangan undang-undang, UU Pertanahan, UU
Ketenagakerjaan, dan juga UU lainnya.
Aksi ini mendesak rezim Jokowi
diperiode kedepan untuk memenuhi tiga belas tuntutan :
- Padamkan api dan selamatkan korban kabut asap, berikan perwatan gratis dan layak kepada korban kabut asap, serta bangun pusat rehabilitasi dan penaganan korban kabut asap di Kalimantan dan Sumatera
- Cabut segera HGU perusahaan pembakar lahan serta tangkap dan adil
- Hentikan izin HGU baru bagi perkebunan besar
- Cabut aturan kenaikan BPJS
- Hentikan tindakan vasis
terhadap rakyat yang menyuarakan hak demokratis
- Usut tuntas pelaku kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat
- Hentikan dan usut tuntas pelanggaran HAM di Papua
- Batalkan segera RUU petanahan, RUU Ketenagakerjaan, RKUHP Minerba, dan
Undang-Undang anti rakyat
- Cabut UU KPK, PP 78 tentang pengupahan, perpu Ormas, UU ITE
- Cabut UU No.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi
- Hentikan upaya pecah belah terhadap gerakan rakyat
- Wujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis, dan mengabdi pada rakyat.
- Wujudkan reorma agraria sejati dan industrialisasi nasional
Aksi berjalan dengan lancar meskipun terlihat puluhan polisi yang siaga dan beberapa organisasi
masyarakat (Ormas). Ormas yang khawatir massa aksi akan mengacaukan Banyumas
ikut memantau jalannya aksi hari ini.
Massa aksi sama sekali tidak mempermasalahkan adanya pelantikan terhadap
presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2019-2024.
“Kita tidak ada niatan untuk mengacaukan Banyumas,
kita hanya ingin menyampaikan aspirasi kita yang mewakili rakyat Banyumas
juga, seperti iuran BPJS yang naik. Tersiar kabar bahwa kita akan mengacaukan
Banyumas, nah itu dirasa mempengaruhi massa yang diluar massa aksi, akhirnya
dia datang. Kita tidak membatalkan rezim
Jokowi,
kita mengakui pemerintahan yang sah hari ini, yang diberi mandat hari ini” ujar
Ahmed
Orasi saat berada di Alun-alun berjalan cukup singkat karena adanya
negosiasi dari pihak kepolisian demi kemanan. Sehingga tidak semua organisasi
yang tergabung dalam aksi kali ini melakukan orasi. “Harusnya orasi setiap
organisasi, karena tadi pihak kepolisian negosiasi agar jalan aksi sebentar
saja, karena faktor keamanan yang dirasa bisa mengancam
keamanan, tapi tidak mengurasi esensi dari aksi hari ini” ujar Ahmed
Beberapa elemen aksi hari ini
yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Banyumas diantaranya AGRA
Cabang Banyumas, Pembaru Indonesia Cabang Banyumas, Serikat Perempuan Indonesia
(SERUNI) Cabang Banyumas, Front
Mahasiswa Nasional (FMN) cabang Purwokerto, Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Rupa
(SENRU), dan individu-individu lainnya.
0 Komentar