PURWOKERTO
- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto kembali melaksanakan Ujian Baca
Tulis Al-Quran dan Pengalaman Praktik Ibadah (BTAPPI) pada Rabu, (31/7).
Untuk ujian kali ini pesertanya adalah seluruh mahasiswa baru 2019 yang masuk
lewat jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UMPTKIN).
Dalam ujian BTAPPI terdapat beberapa hal yang diujikan yaitu, Ujian tulis,
Imla, Tartil, Tahfidz, dan Praktik.
Ujian
berlangsung dengan lancar, dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan sekitar pukul
12.00 siang. Diawali dengan ujian tulis yang berupa mengerjakan soal pilihan
ganda sebanyak 100 soal, kemudian dilanjutkan dengan ujian Imla. Setelah ujian tulis usai, seluruh
peserta dikeluarkan dari kelas dan menunggu giliran untuk melaksanakan ujian
berikutnya. Berbeda dengan ujian tulis, ujian tartil dan tahfidz serta praktik
dilakukan perlima orang yang akan masuk kedalam kelas sesuai urutan dan diuji
langsung oleh penguji yang bertugas.
Ujian
BTA-PPI memang sudah dianggap ujian yang sulit bagi sebagian mahasiswa IAIN
purwokerto, sudah tidak heran lagi jika banyak tanggapan negatif menganai ujian
ini. Kebanyakan para peserta mengalami kendala dalam ujian tahfidz dan praktik
dikarenakan kurangnya persiapan.
“Susahnya
itu pas bagian niat sholat jenazah dan jamak qosor karena itu materinya
banyak," kata Abdul Zaid mahasiswa
baru dari program studi Sejaran Peradaban Islam (SPI).
Suasana Tes Imla dan Tartil
Dari
beberapa peserta yang kami ditemui, semuanya berkata pasrah untuk hasil yang akan
keluar nanti. Salah satu peserta ujian mengaku bahwa sebelumnya tidak ada
pemberitahuan materi yang akan diujikan, ”Untuk materi ngga di kasih tau, tapi
katanya sih ada bimbingan tes, tapi saya ngga ikut,”ucap Firda salah satu
peseta ujian.
Walaupun
begitu Firda tetap menganggap penting adanya ujian BTAPPI, menurutnya dengan
ujian ini kita bisa melihat kemampuan dibidang keagamaan tiap mahasiswa.
Tanggapan ini dijawab oleh Dr. Nawawi, M. Hum selaku
dosen
penguji,
“Materinya sudah diberitahukan, tapi tidak secara detail, diberitahukan secara
gambaran besar saja ada tartil, tahidz, imla, dan praktik. Karena nantinya jika
diberitahukan maka mereka tidak belajar.” Ujarnya ketika diwawancarai oleh salah
satu anggota LPM OBSESI.
“Apabila
ada hal lain yang diujikan oleh penguji, itu hanya sebagai bentuk pengembangan
dari materi yang ditetapkan. Jadi tidak terpaku pada materi yang sudah ada
tetapi juga tidak keluar dari ketentuan yang sudah ada,” tambahnya.
Nawawi
juga menjelaskan bahwa semua hal tentang BTA-PPI sudah memiliki kriteria sendiri
yang diatur oleh MAHAD, baik pemilihan dosen penguji, soal yang akan diujikan,
dan kritetia kelulusan. Untuk dapat lulus ujian BTA-PPI peserta harus mencapai
nilai minimal 70 untuk semua aspek.
Mengenai
isu penggiringan ke pondok pesantren yang menyebabkan semakin bertambahnya
pondok mitra dan pondok baru yang bermunculan, Nawawi menjelaskan bahwa untuk
mahasiswa IAIN idealnya masuk pesantren, dengan
adanya pondok pesantren diharapkan mahasiswa bisa mendalami ilmu agama,
karena jika mengandalkan dikampus dirasa kurang efektif dikarenakan waktu
perkuliahan yang terbatas. Tujuan adanya pondok sendiri untuk meningkatkan
kualitas mahasiswa jadi adanya isu-isu mengenai ujian BTAPPI itu bukan menjadi
permasalahan.
Reporter : Arifa Nur Isnaeni , Atin Nurul
Editor : Okti Nur Alifia
x
0 Komentar