Ngaji Filsafat : Islam,Gincu,dan Garam
Obsesiana.com- Unit Kegiatan Mahasiswa Kelompok Studi Islam Kemasyarakatan (UKM KSIK) mengadakan kegiatan Seminar Nasional "Ngaji Filsafat: Islam, Gincu, dan Garam" bertempat di Auditorium Utama IAIN Purwokerto, Sabtu (8/2). Seminar resmi dibuka oleh pembina UKM KSIK Agus Sunaryo, M.S.I.
Kegiatan tersebut menghadirkan satu narasumber yakni Dosen Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga sekaligus penulis buku "Sebelum Filsafat", Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag.,M.Ag. Dengan moderator yakni Dosen Fakultas Syariah IAIN Purwokerto, M. Wildan Humaidi, S.H.I., M.H.
Peserta seminar berasal dari berbagai kalangan baik Mahasiswa maupun Dosen. Selain itu, tidak hanya dari Purwokerto, namun ada beberapa peserta yang berasal dari Wonosobo.
Wakil Ketua umum UKM KSIK, Idha Dahlia Wati Siti Nurbaeti menuturkan bahwa tema Islam, Gincu, dan Garam diangkat karena dianggap belum banyak yang mengetahui.
"Kenapa disini Islam, gincu, dan garam karena memang tema cinta itu sudah banyak sekali, dan orang kalau ditanya tau bapak Fachrudin faiz? Pasti taunya ya tentang yang cinta. Nah tapi beda kalau Islam, gincu, dan garam belum banyak yang tahu. Kenapa di sini ingin Islam, gincu, dan garam karena pertama, memang disitukan dari pemikirannya Bung Hatta nah disitu juga dari arti kata Islam, gincu dan garam juga banyak perselisihan. Di sini sebagai mahasiswa bisa diartikan Islamnnya dan kita sebagai mahasiswa juga harus menjadi mahasiswa yang seperti garam yang terasa sebagaimana mahasiswa itu harus berguna bagi masyarakat kaya gitu kan, bisa mengubah dunia. Nah kita harus bisa menunjukkan seperti itu, jangan menjadi mahasiswa yang hanya sekedar mahasiswa." Ujarnya.
Adapun Ridwan, selaku ketua Umum UKM KSIK menambahkan mengenai isi dari pembahasan tema tersebut.
"untuk tadi pembahasannya tentang sama kaya tema cuma tadi lebih difokuskan pada Ilsamnya. Islam, gincu, dan garam pembahasannya tentang bagaimana seorang muslim itu menjadi seorang muslim yang berkualitas jadi tidak hanya seperti gincu kelihatan tetapi tidak berasa, tapi juga seperti garam yang terlihat tapi juga terasa, tapi dalam satu garis lurus dalam artian moderasi, tidak menjadi garam yang berasa kemudian kok sampai asin rasanya, tidak juga sebagai gincu terlalu pekat warnanya. Hal itu jadi mengajarkan bagaimana Islam moderat, seperti apa jadi tidak terlalu ke paham kekirian ataupun tidak terlalu ke paham ekstrem kanan, kita moderasi." Jelasnya.
Kemudian, Wildan selaku moderator juga turut mengutarakan tanggapannya mengenai seminar filsafat tersebut. Ia merasa senang dan berharap acara seperti ini akan terus ada di IAIN Purwokerto untuk kedepannya.
"Saya senang sekali yang pertama karena ini adalah hal baru, saya di IAIN itu jarang ada kegiatan-kegiatan begitu, yang saya tau pak Faiz itu konsen di bidang filsafat. Nah saya lihat IAIN itu tradisi filsafat masih kurang hidup, tradisi filsafat itu sebenarnya tradisi ilmiah bagaimana untuk menemukan kebenaran kalau tradisi filsafatnya tidak hidup maka kita susah untuk menemukan kebenaran. Itu pertama tanggapan saya, saya senang dan yang kedua perlu ditanggapi adalah kegiatan seperti ini jangan berhenti pada satu kegiatan jadi perlu ada kegiatan-kegiatan lain terutama KSIK misalnya atau UKM lainnya yang harus juga bersamaan atau untuk menghidupkan komunitas-komunitas kajian atau komunitas diskusi dan sebagainnya dan yang paling penting kita kan sedang proses bertransformasi ke UIN maka ini menjadi pemantik kajian ngaji filsafat yang diadakan oleh KSIK, bisa menjadi pemantik proses bertranformasi kita ke UIN khususnya dibidang mahasiswa jadi buat mahasiswa kita lebih berfikir dalam dan terbuka terhadap sesuatu. Saya menganggapi kegiatan ini sangat positif. Itu tadi catatannya kita selalu berhenti pada selebrasi kegiatan, bisa melakukan kegiatan gede tapi selanjutnya tidak dilakukan lagi." Ujarnya.
Reporter : Khoerunisa Roja
0 Komentar